Rabu, 07 November 2018

Masjid Perahu Terbalik Peninggalan Sunan Ampel di Surabaya

doc. pribadi

Pesona Sejarah Tersembunyi Masjid Berbentuk Perahu Terbalik, Peninggalan Sunan Ampel di Surabaya
Ditengah gemerlapan kota metropolitan, warga Surabaya mungkin hanya beberapa, yang mengetahui bangunan masjid berbentuk perahu terbalik peninggalan Sunan Ampel.ini.
Masjid ini kokoh berdiri di tengah pemukiman padat penduduk Kota Surabaya. Peninggalan Sunan Ampel yang satu ini terbilang aneh, sepintas bentuknya mirip perahu yang terbalik jika diperhatikan dengan saksama.
Masjid ini dinamakan Masjid Jami' Peneleh yang terletak di Peneleh Gang V Surabaya
Memiliki sepuluh tiang penyangga yang terbuat dari kayu jati asli ditambah langit-langit atap yang juga terbuat dari Jati. Langit-langit atap berhiaskan huruf Arab, terdapat empat nama sahabat Nabi Muhammad, yaitu Abu Bakar Ash Shidiq, Umar bin Khatab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Tembok masjid dikelilingi 25 ventilasi dan lima daun jendela. Di masing-masing ventilasi tersebut terdapat hiasan aksara Arab berupa nama-nama 25 nabi.
doc.pribadi

Tak banyak catatan yang menyebutkan kapan masjid itu berdiri. Namun, warga sekitar mempercayai bahwa masjid ini dibangun pada abad ke 14 oleh sunan ampel dan lebih tua dari masjid ampel Surabaya.
Ketua yayasan Masjid Peneleh Sofyan (60) menjelaskan sejarah, awalnya Raden Rahmat atau Sunan Ampel menjadi panglima Majapahit kala itu. Karena kemenangan Majapahit melawan Bangsa Cina, Raden Rahmat dihadiahi tanah perdikan di daerah Ampel Dento yang sekarang jadi Masjid Ampel.
Perjalanan Sunan Ampel dimulai dari Keraton Majapahit, Trowulan, Mojokerto. Kemudian beliau menyusuri sungai Brantas, pertama kali dirinya singgah di Kembang Kuning. Disana dirinya menikahi putri Mbah Karimah tokoh ulama setempat. Ditempat Ia juga mendirikan masjid yang saat ini dikenal di Surabaya dengan nama Masjid Tiban Rahmat Kembang Kuning.
Melanjutkan perjalanan lagi melewati Kalimas hingga tibalah di pinggir Peneleh. Dia (Sunan Ampel) melihat kondisi daerah Peneleh yang kala itu dihuni masyarakat. Masyarakat yang terdiri dari beragam komunitas ini tampak hidup rukun dan damai. Hanya saja warga disini punya kebiasaan buruk yaitu suka sabung ayam. Untuk mengubah perilaku masyarakat yang bertolak belakang dengan Islam diputuskan Raden Rahmat singgah ditempat ini untuk beberapa waktu.
Peneleh dulunya adalah daerah dengan keberagaman agama yang cukup tinggi. Disini juga ada komunitas kecil agama Islam, akan tetapi belum mampu menyentuh perilaku warganya yang suka sabung ayam
Kedatangan Sunan Ampel dengan misi dakwah ini dilakukan dengan cara mengikuti kebiasaan warga terlebih dahulu. Raden Rahmat ikut serta melakukan sabung ayam dengan warga. Tetapi anehnya tidak satupun ayam milik warga Peneleh yang mampu mengalahkan ayam milik Raden Rahmat. Warga menjadi bertanya-tanya dan coba mengenali sosok pemilik ayam tersebut.
Setelah banyak warga yang berguru kepadanya lantaran kharomah yang dimilikinya. Dirinya membangun sebuah surau untuk aktivitas pengajaran agama Islam. Belakangan ini Masjid tersebut mulai berkembang hingga sekarang dinamakan Masjid Jami' Peneleh.
doc.pribadi

Filosofi perahu terbalik pada bangunan masjid, menurut Sofyan melambangkan arah kiblat, dimana ujung perahu bagian depan yang dijadikan patokannya.
Masjid Jami' Peneleh telah dipugar beberapa kali. Akan tetapi bangunan asli yang terbuat dari kayu jati di bagian utama masjid masih seperti aslinya, hanya ada pergantian kecil. "Pemugaran dilakukan tahun 1970, dengan memperluas serambi masjid," kata Sofyan yang merupakan warga asli Peneleh.
Sisi mistik masih melekat di bangunan masjid yang didirikan enam abad lalu ini oleh seorang walisongo ini
Dibagian dalam masjid ditemukan sumur tua yang berdiameter 50 cm. Konon sumur tersebut terhubung ke sumur zam zam dan sumur ampel. Sayang, sekarang sumur tersebut ditutup karena banyak mengandung logam berat akibat senjata yang disimpan pada masa perang kemerdekaan. "Dulu banyak warga yang kesini untuk mengambil air sumur yang katanya bisa menyembuhkan penyakit itu, tapi sekarang sudah kami tutup, karena adanya kandungan zat berbahaya jika diminum," kata Sofyan yang sudah tiga puluh tahun menjadi ta'mir masjid ini.

doc.pribadi

Menara masjid ini juga pernah rusak akibat serangan bom Belanda ketika perang kemerdekaan. Bahkan bom tersebut nyaris mengenai jamaah yang sedang menjalankan sholat dhuhur kala itu. Anehnya meskipun bom tersebut menghancurkan menara dan langit-langit masjid, ketika terbenam di bawah masjid tidak meledak sama sekali. " adanya bom tersebut itu saya buktikan sendiri ketika tahun 2010 saya mengganti kayu di langit-langit masjid. Kayu yang saya ganti ini jenisnya beda dengan kayu jati lainnya, semacam pernah diganti orang terdahulu karena mungkin terkena bom," tandas Sofyan.
Selain itu, di Sekitar Masjid tepatnya di Peneleh IX ditemukan makam yang menjadi cikal bakal Islam pertama di daerah Peneleh. Makam tersebut bernama Makam Cempo atau Buk Pinggir. Jadi, bisa disimpulkan sebelum Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel) ke Peneleh daerah ini sudah ada komunitas Islam yang jumlahnya kecil.
Sofyan sebagai ketua yayasan mengaku bahwa sejarah Masjid Peneleh tidak didokumentasikan dalam bentuk prasasti atau apapun. Cerita yang dia sampaikan adalah turun temurun dari pendahulunya.
Sayangnya, masjid tua ini terbenam di padatnya pemukiman penduduk di Surabaya. Pamornya pun kalah dengan masjid lainnya, seperti Masjid Ampel, Masjid Rahmat Kembang Kuning, Masjid Akbar, dan lain-lain.
"yang beribadah di masjid ini cuma masyarakat sekitar saja, dan kadang ada pula yang dari luar tapi itu jumlahnya kecil," ucapnya.
Masjid perahu terbalik peninggalan Sunan Ampel (Raden Rahmat) di Peneleh V Surabaya, Minggu (14/5/2017)
doc.pribadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar