Minggu, 25 November 2018

Pesona Monumen Simpang Lima Gumul Kediri


doc.pribadi
Monumen Simpang Lima Gumul atau biasa disingkat SLG adalah salah satu bangunan yang menjadi ikon Kabupaten Kediri yang bentuknya menyerupai Arc de Triomphe yang berada di Paris Perancis. SLG mulai dibangun pada tahun 2003 dan diresmikan pada tahun 2008, yang digagas oleh Bupati Kediri saat itu, Sutrisno. Bangunan ini terletak di Desa Tugurejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, tepatnya di pusat pertemuan lima jalan yang menuju ke Gampengrejo, Pagu, Pare, Pesantren, dan Plosoklaten.
Jika Arc de Triomphe dibangun untuk menghormati para pejuang yang bertempur dan mati bagi Perancis dalam Revolusi Perancis dan Perang Napoleon, namun belum ada kejelasan mengapa dan untuk menghormati siapa Monumen Simpang Lima Gumul Kediri ini dibangun Dalam beberapa sumber menyebutkan, bahwa didirikannya monumen ini dikarenakan terinspirasi dari Jongko Joyoboyo, raja dari Kerajaan Kediri abad ke-12 yang ingin menyatukan lima wilayah di Kabupaten Kediri.
Selain sebagai ikon sebuah kota, saat ini SLG juga menjadi sentra (pusat) ekonomi dan perdagangan baru (Central Business District) di Kabupaten Kediri, sehingga diharapkan dapat membuat perkonomian Kediri semakin bertambah maju.  Monumen Simpang Lima Gumul berlokasi di kawasan yang strategis dan dilengkapi dengan beragam sarana umum, seperti gedung pertemuan (convention hall), gedung serbaguna (multipupose), Bank daerah, terminal bus antar kota dan MPU (Mobil Penumpang Umum), pasar temporer (buka pada waktu-waktu tertentu) Sabtu-Minggu dan sarana rekreasi seperti wisata air Water Park Gumul Paradise Island.
Secara fisik, monumen Simpang Lima Gumul memiliki luas bangunan 37 hektar secara keseluruhan, dengan luas bangunan 804 meter persegi dan tinggi mencapai 25 meter yang terdiri dari 6 lantai, serta ditumpu 3 tangga setinggi 3 meter dari lantai dasar. Angka luas dan tinggi monumen tersebut mencerminkan tanggal, bulan dan tahun hari jadi Kabupaten Kediri, yaitu 25 maret 804 Masehi. Pembangunan monumen ini telah menghabiskan biaya lebih dari Rp 300 milyar.
Di sisi monumen terpahat relief–relief yang menggambarkan tentang sejarah Kediri hingga kesenian dan kebudayaan yang ada saat ini. Di salah satu sudut monumen terdapat sebuah arca (patung) Ganesha. salah satu dewa yang banyak dipuja oleh umat Hindu.

doc.pribadi

doc.pribadi


doc.pribadi

doc.pribadi






Rabu, 21 November 2018

Pesona Pantai Balekambang Malang Khas Tanah Lot


doc.pribadi

Pantai yang tengah naik daun ini terletak di kota Malang Jawa Timur. Pantai Balekambang memiliki julukan “Tanah Lot-nya Jawa Timur” karena memiliki lanskap pemandangan dan topografi yang disebut-sebut menyerupai Pantai Tanah Lot yang sangat terkenal yang ada di Bali tersebut. Tentu hal inilah yang menjadikan Pantai ini salah satu tujuan wisata favorit baik bagi turis domsestik maupun mancanegara.

Untuk masuk kawasan Pantai dan menikmati segala keindahan dan fasilitas yang ada, wisatawan hanya perlu membayar tiket seharga Rp 10.000,- hingga Rp 15.000,- per orang. Harga tiket masuk itu tentu sangat murah untuk objek wisata terpopuler di kota Malang. Untuk memanjakan para wisatawan, kawasan Pantai Balekambang menyediakan berbagai macam fasilitas. Yang pertama adalah hotel dan penginapan yang bertarif Rp 150.000 hingga Rp 250.000 per malam.

Fasilitas ini bisa dibooking secara online. Kedua, ada toilet umum yang bersih dan dapat digunakan untuk membilas badan setelah bermain di laut. Kemudian ada rumah makan yang menyajikan aneka seafood dan menu lainnya. Lalu ada toko oleh-oleh yang menyediakan banyak souvenir untuk kenang-kenangan. Bagi kamu yang beragama islam, objek wisata ini memiliki musholla untuk sholat. Terakhir, ada beberapa fasilitas tambahan seperti tempat parker yang luas, area perkemahan, pendopo, kantor informasi, dan bungalo.

Pantai yang satu ini berlokasi di Dusun Sumber Jambe di Desa Srigonco, Kecamatan Bantur, Kota Malang. Pantai Balekambang berjarak sekitar 60 kilometer ke arah Selatan dari pusat kota Malang. Untuk akses, jalan menuju Pantai telah beraspal mulus. Namun, kamu harus berhati-hati karena rutenya memiliki beberapa tanjakan dan kelokan tajam. Di sepanjang perjalanan, kamu akan disuguhi pemandangan indah berupa pepohonan hijau dan udara yang sejuk.

doc.pribadi

 doc.pribadi

 doc.pribadi


 doc.pribadi


 doc.pribadi


 doc.pribadi


 doc.pribadi


 doc.pribadi

doc.pribadi



Selasa, 20 November 2018

Little Venice Indonesia, Menarik Dengan Gaya Khas Italiano

doc.pribadi
Didalam sebuah komplek villa yang bernama Kota Bunga, di Puncak, Cianjur, terdapat tempat wisata menarik yang bernama Little Venice.
Sesuai namanya, Little Venice menyajikan bangunan yang bergaya Venesia di Italia lengkap dengan sebuah danau dan kano-kano yang dapat dinaiki.
Beberapa saat setelah dibuka, tempat wisata ini langsung ngehits, karena keunikannya banyak wisatawan lokal yang tertarik berwisata ke sini untuk menikmati view maupun menaiki berbagai wahana permainan yang ada di dalamnya atau bahkan cuman sekedar foto foto.
Tempat wisata ini letaknya di dalam kompleks yang bernama kota Bunga, untuk menuju ke sini kamu bisa memasuki gerbang utamanya dahulu.
Harga tiketnya murah, cuma Rp 25.000 per orang, ada juga tiket paket Fun yang dijual seharga Rp 35.000 per orang, keunggulan tiket ini pengunjung bisa menaiki kapal mississippi dan Gondola.
Selain bangunan yang unik dan sungainya dibuat mirip dengan Venice, di dalamnya ada banyak wahana permainan yang bisa kamu nikmati sebagai berikut :

- Gondola / perahu : Rp. 15.000,- per orang – Kapasitas 4 orang
- Kapal Mississipi : Rp. 15.000,- per orang – Kapasitas 20 orang
- Perahu bebek kecil : Rp. 40.000,- per orang – Kapasitas 4 orang
- Perahu bebek besar : Rp. 80.000,- per orang – Kapasitas 8 orang
- Perahu bebek motor : Rp. 15.000,- per orang – Kapasitas 9 0rang
- Sepeda air kecil : Rp. 20.000,- per orang – Kapasitas 2 orang
- Sepeda air besar : Rp. 40.000,- per orang – Kapasitas 4 orang
- Banana boat : Rp. 25.000,- per orang – Kapasitas 5 orang
- Perahu naga : Rp. 15.000,- per orang – Kapasitas 9 orang
- Battery car : Rp. 10.000,- per coin
- Sniper : Rp. 15.000,- per 40 butir peluru

 doc.pribadi


 doc.pribadi


 doc.pribadi


doc.pribadi


Minggu, 18 November 2018

Istana Kuning Pangkalan Bun

doc.pribadi

Ya, Istana Kuning merupakan sebuah Istana peninggalan Kerajaan pada masa Kesultanan Kutaringin.
Lokasi istana ini berada di tengah kota Pangkalanbun yang bersebelahan dengan lapangan tugu.
Dalam Istana Kuning tersebut terdiri dari empat bangunan yaitu: 
1. Bangsal (tempat penerimaan tamu kerajaan)
2. Rumbang (tempat raja bersemedi),
3. Dalem Kuning (pusat pemerintahan dan tempat tinggal raja).
4. Pedahiran (ruang makan kerajaan).

Bangunan terlihat klasik dan bernuansa adat Kalimantan. bangunan ini berdiri megah diatas sebuah bukit, sehingga tampak tinggi jika dilihat dari kejauhan.

 doc.pribadi


 doc.pribadi



 doc.pribadi


 doc.pribadi


 doc.pribadi


 doc.pribadi


 doc.pribadi

doc.pribadi


Kamis, 15 November 2018

Senja di Kota Banjarmasin,

doc.pribadi

Ya, melalui jalur sungai, kita bisa melihat keindahan kota Banjarmasin saat senja tiba.
Kita bisa naik perahu, ongkosnya pun cukup murah, hanya Rp. 5 rb saja sudah bisa keliling menikmati pemandangan kota yang pastinya keren abis.

Kota Banjarmasin sebelum tahun 1526 adalah nama kampung yang terletak di bagian utara muara Sungai Kuin, yaitu kawasan Kelurahan Kuin Utara dan Alalak Selatan saat ini. Kampung Bandar Masih terbentuk oleh lima aliran sungai kecil, yaitu Sungai SipandaiSungai SigalingSungai KeramatSungai Jagabaya dan Sungai Pangeran yang semuanya bertemu membentuk sebuah danau. Kata Banjar berasal dari Bqahasa Melayu yang berarti kampung atau juga berarti berderet-deret sebagai letak perumahan kampung berderet sepanjang tepian sungai.[6]
Pada abad ke-16, muncul Kerajaan Banjar Masih dengan raja pertama Raden Samudera, seorang pelarian yang terancam keselamatannya oleh pamannya Pangeran Tumenggung yang menjadi raja Kerajaan Negara Daha sebuah kerajaan Hindu di pedalaman (Hulu Sungai). Kebencian Pangeran Tumenggung terjadi ketika Maharaja Sukarama masih hidup berwasiat agar cucunya Raden Samudera yang kelak menggantikannya sebagai raja. Raden Samudera sendiri adalah putra dari pasangan Puteri Galuh Intan Sari (anak perempuan Maharaja Sukarama) dan Raden Bangawan (keponakan Maharaja Sukarama). Atas bantuan Arya Tarangganamangkubumi negara Daha, Raden Samudera melarikan diri ke arah hilir sungai Barito yang kala itu terdapat beberapa kampung di antaranya kampung Banjar (disebut juga Banjar Masih).
Sekitar tahun 1520, Patih Masih (kepala Kampung Banjar) dan para patih (kepala kampung) sekitarnya sepakat menjemput Raden Samudera yang bersembunyi di kampung Belandean dan setelah berhasil merebut Bandar Muara Bahan di daerah Bakumpai, yaitu bandar perdagangan negara Daha dan memindahkan pusat perdagangan ke pelabuhan Bandar (dekat muara sungai Kelayan) beserta para penduduk dan pedagang, kemudian menobatkan Raden Samudera menjadi raja dengan gelar Pangeran Samudera. Hal ini menyebabkan peperangan dan terjadi penarikan garis demarkasi dan blokade ekonomi dari pantai terhadap pedalaman. Pangeran Samudera mencari bantuan militer ke berbagai wilayah pesisir Kalimantan, yaitu KintapSatuiSwaranganAsam AsamLaut PuloPamukanPasirKutaiBerauKarasikanBiajuSebangauMendawaiSampitPembuangKota WaringinSukadanaLawai dan Sambas. Hal ini untuk menghadapi Kerajaan Negara Daha yang secara militer lebih kuat dan penduduknya kala itu lebih padat. Bantuan yang lebih penting adalah bantuan militer dari Kesultanan Demak yang hanya diberikan kalau raja dan penduduk memeluk Islam. Kesultanan Demak dan majelis ulama Walisanga kala itu sedang mempersiapkan aliansi strategis untuk menghadapi kekuatan kolonial Portugis yang memasuki kepulauan Nusantara dan sudah menguasai Kesultanan Malaka.
Sultan Trenggono mengirim seribu pasukan dan seorang penghulu Islam, yaitu Khatib Dayan yang akan mengislamkan raja Banjar Masih dan rakyatnya. Pasukan Pangeran Samudera berhasil menembus pertahanan musuh. Mangkubumi Arya Taranggana menyarankan rajanya daripada rakyat kedua belah pihak banyak yang menjadi korban, lebih baik kemenangan dipercepat dengan perang tanding antara kedua raja. Tetapi pada akhirnya Pangeran Tumenggung akhirnya bersedia menyerahkan kekuasaan kepada Pangeran Samudera.
Dengan kemenangan Pangeran Samudera dan diangkutnya rakyat negara Daha (orang Hulu Sungai) dan penduduk Bandar Muara Bahan (orang Bakumpai) maka muncullah kota baru, yaitu Banjar Masih yang sebelumnya hanya sebuah desa yang berpenduduk sedikit. Pada 24 September 1526 bertepatan tanggal 6 Zulhijjah 932 HPangeran Samudera memeluk Islam dan bergelar SultanSuriansyah (1526-1550). Rumah Patih Masih dijadikan keraton, juga dibangun pasebanpagungansitilohor (sitihinggil), bentengpasardan masjid (Masjid Sultan Suriansyah). Muara sungai Kuin ditutupi cerucuk (trucuk) dari pohon ilayung untuk melindungi keraton dari serangan musuh. Di dekat muara sungai Kuin terdapat rumah syahbandar, yaitu Goja Babouw Ratna Diraja seorang Gujarat.[7]
Kerajaan Banjar Masih berkembang pesat, Sultan Suriansyah digantikan anaknya Sultan Rahmatullah 1550-1570, selanjutnya Sultan Hidayatullah 1570-1620 dan Sultan Musta'in Billah 1520-1620. Kota-kota yang terkenal di pulau Kalimantan pada awal abad ke-18 adalah Borneo (Brunei City), Ноrmata (Karimata), Marudo, Bendamarfin (Banjarmasin), dan Lava (Lawai). Untuk memperkuat pertahanan terhadap musuh, Sultan Mustainbillah mengundang Sorang, yaitu panglima perang suku Dayak Ngaju beserta sepuluh orang lainnya untuk tinggal di keraton. Seorang masuk Islam dan menikah dengan adik sultan, kemungkinan dia adik dari isteri Sultan, yaitu Nyai Siti Diang Lawai yang berasal dari kalangan suku Biaju (Dayak Ngaju). Tahun 1596Belanda merampas 2 jung lada dari Banjarmasin yang berdagang di Kesultanan Banten. Hal ini dibalas ketika ekspedisi Belanda yang dipimpin Koopman Gillis Michaelszoon tiba di Banjarmasin tanggal 7 Juli 1607.
Pada tahun 1612, armada Belanda tiba di Banjar Masih (Banjar Lama) untuk membalas atas ekspedisi tahun 1607. Armada ini menyerang Banjar Masih dari arah pulau Kembang dan menembaki keraton di sungai Kuin pusat pemerintahan Kesultanan Banjar sehingga kota Banjar (kini Banjar Lama) atau kampung Keraton dan sekitarnya hancur, sehingga ibukota kerajaan dipindahkan dari Banjar Masih ke Martapura. Walaupun ibukota kerajaan telah dipindahkan tetapi aktivitas perdagangan di pelabuhan Banjarmasin (kota Tatas) tetap ramai. Menurut berita dinasti Ming tahun 1618 menyebutkan bahwa terdapat rumah-rumah di atas air yang dikenal sebagai rumah Lanting (rumah rakit) hampir sama dengan apa yang dikatakan Valentijn. Di Banjarmasin (kota Tatas) banyak sekali rumah dan sebagian besar mempunyai dinding terbuat dari bambu (bahasa Banjar: pelupuh) dan sebagian dari kayu. Rumah-rumah itu besar sekali, dapat memuat 100 orang, yang terbagi atas kamar-kamar. Rumah besar ini dihuni oleh satu keluarga dan berdiri di atas tiang yang tinggi. Menurut Willy, kota Tatas (kini Banjarmasin Tengah di sungai Martapura) terdiri dari 300 buah rumah. Bentuk rumah hampir bersamaan dan antara rumah satu dengan lainnya yang dihubungkan dengan titian. Alat angkutan utama pada masa itu adalah jukung atau perahu.
Selain rumah-rumah panjang di pinggir sungai terdapat lagi rumah-rumah rakit yang diikat dengan tali rotan pada pohon besar di sepanjang tepi sungai. Kota Tatas (kini Banjarmasin) merupakan sebuah wilayah yang dikelilingi sungai Baritosungai Kuin dan Sungai Martapura seolah-olah membentuk sebuah pulau sehingga dinamakan pulau Tatas. Di utara Pulau Tatas adalah Banjar Lama (Kuin) bekas ibukota pertama Kesultanan Banjar, wilayah ini tetap menjadi wilayah Kesultanan Banjar hingga digabung ke dalam Hindia Belanda tahun 1860. Sedangkan pulau Tatas dengan Benteng Tatas (Fort Tatas) menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda yang sekarang menjadi pusat kota Banjarmasin saat ini. Nama Banjarmasih, oleh Belanda lama kelamaan diubah menjadi Banjarmasin, namun nama Banjarmasin biasanya mengaju kepada kota Tatas di sungai Martapura, sedangkan nama Banjar Masih mengacu kepada Banjar Lama di sungai Kuin. Kota Banjarmasin modern merupakan aglomerasi pulau Tatas (kota Tatas), Kuin (Banjar Lama) dan daerah sekitarnya.

doc.pribadi


doc.pribadi


 doc.pribadi


doc.pribadi


doc.pribadi


 doc.pribadi


doc.pribadi

Rabu, 14 November 2018

Mengunjungi Masjid Peninggalan Ulama Di Banjarmasin


doc.pribadi

Masjid Raya Sabilal Muhtadin adalah salah satu ikon Banjarmasin. Masjid ini berdiri di atas tanah yang dulunya adalah tempat Benteng Tatas. Masjid ini memang menarik sekali untuk dikunjungi.
Nama Masjid Sabilal Muhtadin diambil dari nama ulama besar Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (1710-1812) yang mengembangkan Islam di Kerajaan Banjar. Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari juga adalah penulis kitab Sabilal Muhtadin.
Jika traveling ke Banjarmasin, maka jangan lupa untuk mampir ke Masjid Raya Sabilal Muhtadin yang mempunyai arsitektur unik dan terletak di lokasi tanah yang luas di pusat kota.

doc.pribadi


doc.pribadi

 doc.pribadi


doc.pribadi


doc.pribadi


doc.pribadi


doc.pribadi


doc.pribadi